Kamis, 13 April 2017

KEBANGKITAN YESUS: ANTARA DELUSI, MITOS DAN FAKTA SEJARAH


Oleh: Albert Rumampuk

Kontroversi soal kebangkitan Yesus sebetulnya sudah berlangsung selama berabad-abad. Berbagai teori dimunculkan oleh para Skeptik hanya untuk mengkritisi peristiwa penting yang diimani oleh para pengikut Kristus itu. Sebut saja teori Jasad yang dicuri, teori pingsan atau teori kubur yang salah, makam talpiot, dsb. Semuanya digunakan untuk membombardir iman Kristen tersebut.


Tanggal 7 April yang lalu, saya diberikan sebuah buku yang berjudul ‘Asal – usul surat Galatia dan Injil Yohanes’ yang ditulis oleh Gratia Victory A. Pello. Buku itu dipinjamkan oleh salah seorang kenalan istri saya. Saya lalu membuka dan membaca-nya. Rupanya itu adalah sebuah buku yang berisi tanggapan terhadap ajaran miring dari DR. Ioanes Rakhmat, DR. K.A.M. Yusuf Roni, dan Ev. drg. Yusak Cipto. Saya tidak terlalu terkejut mendengar tiga nama yang disinggung oleh penulis, karena sudah sejak lama saya tahu bahwa ketiga-nya punya ajaran yang menyimpang. Ioanes misalnya yang terang-terangan menolak keselamatan karena penebusan Kristus di salib, Yusuf Roni yang bermasalah dengan konsep Allah Tritunggal dan keilahian Yesus, dan Yusak Cipto yang berasumsi bahwa Yesus di Pra-inkarnasiNya adalah ciptaan yang diawali waktu (1). Dalam buku tersebut, penulis mencatat ketidaksetujuannya dengan Yusuf Roni karena ikut menyebarluaskan / mempromosikan ajaran Ioanes. Namun ada hal  menarik yang dicatat dalam buku itu. Penulis menceritakan pertemuannya dengan Yusuf Roni di sebuah STT di Surabaya. Saat mengajar pada kuliah umum di STT tersebut, Yusuf Roni berkata: “Yesus membangkitkan orang mati adalah mitos, Yesus bangkit dari maut adalah mitos. Yesus naik ke sorga adalah mitos...” (2) Menurutnya, “kalau kejadiannya biasa-biasa saja itu sejarah. Kalau kejadiannya luarbiasa disebut Mitos.” (3) Selama ini saya belum pernah mendengar beliau mengatakan demikian, karena biasanya ketidakberesannya itu hanya dikaitkan dengan soal ketritunggalan Allah. Jika benar demikian,(4) maka yang bersangkutan telah menutup mata terhadap ajaran Kitab Suci. Secara eksplisit, Yusuf Roni sebetulnya menganggap bahwa Mujizat, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke surga itu adalah Mitos dan bukanlah fakta sejarah. Ioanes yang lebih dulu populer, juga punya pandangan yang mirip dengan Yusuf Roni.

Dalam tulisannya Ioanes berkata demikian: “Jika sisa-sisa jasad Yesus memang ada di bumi ini, maka kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga tidak bisa lagi dipahami sebagai kejadian-kejadian sejarah objektif, melainkan sebagai metafora. Para penulis PB sendiri pasti memahami keduanya sebagai metafora; jika tidak demikian, mereka adalah orang-orang yang sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membedakan mana realitas dan mana fantasi dan delusi. Dalam metafora, sebuah kejadian hanya ada di dalam pengalaman subjektif, bukan dalam realitas objektif. Yesus bangkit, ya, tetapi bangkit di dalam memori dan pengalaman hidup dihadiri dan dibimbing oleh Rohnya. Yesus telah naik ke surga, ya; dalam arti: dia telah diangkat dalam roh, untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani surgawi. Kebangkitan dan kenaikan tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makamnya. Untuk keduanya terjadi, yang dibutuhkan adalah tubuh rohani (lihat 1 Korintus 15:35-58), bukan tubuh fisikal protoplasmik.” (5)

Menurut Adji, Ioanes berpendapat bahwa Yesus tidak bangkit secara jasmani dalam arti apapun; Mayat Yesus tetap ada dikubur dan makam Talpiot adalah makam keluarga Yesus. (6)

Data Kitab Suci

Alkitab secara jelas mencatat peristiwa kebangkitan Yesus secara terang benderang. Matius mencatatnya di pasal 28:1-20, Markus mencatatnya di seluruh pasal 16, Lukas di pasal 24:1-50, lalu Yohanes mencatatnya di pasal 20:1-29 dan pasal 21. Rasul Petrus sendiri mengakui dalam Kis 1:22 bahwa ia adalah salah seorang saksi kebangkitan Kristus. Ini terus dilanjutkan dalam Kis 2:24 dimana  Petrus dengan lantang berkata: “Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.” Seluruh peristiwa kebangkitan Yesus ini bukan hanya terjadi diangan-angan para murid, atau bersifat rohani saja. Para murid, perempuan-perempuan dan semua orang-orang disana pada waktu itu tidaklah sedang berkhayal. Tetapi mereka benar-benar merasakan kehadiran Yesus secara fisik. Memang benar bahwa ada sekte-sekte tertentu yang tidak mempercayainya, seperti bidat Cerinthus, dsb (7), itu hal biasa yang selalu ada di sepanjang sejarah Kekristenan. Jangankan Cerinthus, bahkan Tomas-pun tak percaya bahwa guru-nya telah bangkit dari kematian (Yoh 20:25). Tetapi Yesus tidak membiarkan ketidakpercayaan Tomas itu berlarut-larut. Delapan hari kemudian Yesus kembali menampakkan diri-Nya dan menantang Tomas untuk menyentuh/memegang-nya secara langsung. Yesus berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah" (Yoh 20:27) dan Tomas akhirnya menjadi percaya (ayat 28-29). Tantangan Yesus terhadap Tomas, tidak lain dimaksudkan agar Tomas percaya bahwa Dia telah benar-benar bangkit dari kubur. Bahwa yang ada di depan Tomas itu bukanlah hantu atau arwah yang gentayangan. Hal ini sekaligus meruntuhkan asumsi Ioanes bahwa Kebangkitan Yesus hanyalah Metafora / khiasan yang bersifat rohani.

Rasul Paulus sendiri disepanjang hidupnya sering bersaksi tentang kebangkitan Yesus. Di Kis 17:2-3 selama tiga Sabat berturut-turut dia menerangkan bahwa “Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati...” Dalam 1 Kor 15:3-4, Paulus menekankan pentingnya kematian dan kebangkitan Kristus: “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci,  bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;” Hebatnya, Yesus sendiri sudah meramalkan kebangkitan-Nya (Mat 17:22-23) dan bahkan dinubuatkan sekitar 1000 tahun sebelum kelahiran-Nya: “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan” (Maz 16:10) (8)

Kesaksian Kitab Suci tentang kebangkitan Yesus cukuplah untuk menangkal orang-orang yang menolak peristiwa agung tersebut. Mereka yang menolak kebangkitan, itu sama saja dengan tidak mempercayai para penulis Injil, Nabi Daud, Rasul Petrus, Rasul Paulus atau Yohanes dan itu berarti tidak percaya pada Firman Tuhan.

Sekarang, bandingkan dengan pernyataan Ioanes berikut: “... Para penulis PB sendiri pasti memahami keduanya sebagai metafora; jika tidak demikian, mereka adalah orang-orang yang sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk membedakan mana realitas dan mana fantasi dan delusi...” Bagaimana caranya Ioanes bisa memastikan bahwa para penulis PB memahami kebangkitan Yesus sebagai Metafora? Dengan begitu banyaknya pernyataan / kesaksian para Rasul PB dan bahkan Daud (PL) yang eksplisit akui / menubuatkan kebangkitan-Nya, masihkah mengatakan itu hanya metafora? Aneh-nya, Ioanes malah menuduh penulis PB tak bisa membedakan antara realitas, fantasi dan delusi. Saya khawatir justru dialah yang sedang berfantasi dengan khayalan iman metafora-nya itu.

Catatan Sejarah

Kekristenan bukanlah sebuah agama / kepercayaan yang dibangun atas dasar mitos, khayalan, atau dongeng. Kekristenan adalah keyakinan yang didasari pada fakta, bukan fantasi! Sebagai contoh, dalam buku yang ditulis oleh Gratia, Yusuf Roni mengatakan bahwa mujizat yang dilakukan Yesus adalah mitos (9). Ini tentu saja bertentangan dengan kesaksian orang Yahudi pada masa-masa awal seperti Eliezer bin Hyrcanus (thn 95M) yang berbicara kemampuan ajaib Yesus atau bahkan Julian the Apostate, Kaisar Roma penentang Kristen terhebat di zamannya yang juga mengakui kuasa mujizat Yesus (10).

Tetapi bagaimana dengan kebangkitan-Nya? Sebuah dongeng atau sejarah? Memang ada kelompok tertentu yang menganggap bahwa yang mati disalib itu bukan Yesus, tetapi bahwa Dia diganti dengan orang lain dan Yesus langsung diangkat ke surga sehingga Yesus tidak mati disalib dan pasti tidak bangkit. Tetapi itu hanyalah asumsi-asumsi yang tak berdasar. Josh McDowell dalam bukunya memberi begitu banyak sumber sejarah yang berlimpah tentang kebangkitan Kristus. Berikut diantaranya.

Ignatius (th. 50-115 M), Uskup Antiokhia, murid Rasul Yohanes berkata: “Dia disalibkan dan wafat dibawah pemerintahan Pontius Pilatus. Dia benar-benar, dan bukan hanya tampaknya saja, disalibkan dan wafat, ... Dia juga bangkit kembali pada hari yang ketiga... Dia dijatuhi hukuman mati: benar-benar disalibkan, bukan hanya tampaknya, bukan hanya dalam khayalan, bukan oleh tipuan. Dia benar-benar wafat, dan dimakamkan, dan bangkit dari antara orang mati...” (11)  

Prof. Bernard Ramm: “Baik dalam sejarah Gereja maupun sejarah kepercayaan kebangkitan telah ditegaskan sejak awal. Ia disebutkan dalam karya Clemens dari Roma, Epistle to the Corinthians (95M), dokumen tertua dalam sejarah gereja dan terus disebut-sebut sepanjang zaman para bapa gereja. Ia muncul dalam berbagai bentuk Kredo Para Rasul dan tidak pernah dibantah.” (12)

Prof. Sparrow-Simpson: “Dalam surat S. Polykarpus pada jemaat di Filipi (sekitar thn 110 M) penulis berbicara tentang Tuhan kita Yesus Kristus yang setelah ‘menderita sampai wafat bagi dosa-dosa kita, dibangkitkan oleh Allah, setelah terlepas dari penderitaan maut.’ Dia berkata bahwa Allah ‘membangkitkan Tuhan kita Yesus Kristus dari antara orang mati dan memuliakan serta mendudukkan Dia disebelah kanan takhta-Nya, kepada-Nyalah sujud segala sesuatu diatas bumi dan didalam surga.’ Yesus yang sudah bangkit ‘akan datang sebagai hakim atas orang hidup dan orang mati.’ Dan ‘Dia yang membangkitkan-Nya dari antara orang mati akan membangkitkan kita juga, kalau kita melakukan kehendak-Nya dan menaati perintah-perintah-Nya.’” (13)

Sejarawan Yahudi ternama Yosefus yang menulis di akhir abad pertama M dalam Antiquities, 18.3.3: “Demikianlah, kira-kira pada waktu inilah Yesus Kristus, seorang manusia bijaksana, kalau boleh menyebutnya seorang manusia; karena Dia adalah seorang pelaku pekerjaan yang luarbiasa, seorang guru yang mengajarkan kebenaran sedemikian rupa sehingga orang menerimanya dengan sukacita. Dia menarik banyak orang Yahudi kepadanya, dan juga banyak orang Yunani. Orang ini adalah Kristus. Dan ketika Pilatus telah menyuruh menyalibkan Dia oleh karena dakwaan para pemimpin diantara kita, mereka yang sejak semula telah mengasihinya tidak meninggalkan dia, karena dia menampakkan diri dalam keadaan hidup kepada mereka pada hari yang ketiga, nabi-nabi Allah telah berbicara tentang hal ini dan ribuan hal lainnya yang menakjubkan tentang dia. Dan bahkan sampai sekarangpun, kaum Kristen, demikian mereka dinamakan berdasarkan namanya, belum juga punah.” (14)

Kebangkitan Yesus dari kubur bukanlah mitos yang dicipta oleh para penulis Alkitab. Itu adalah peristiwa sejarah yang tak terbantahkan.

Dasar pijakan para Skeptik

Para pengkritik dalam menyerang iman Kristen biasanya hanya menggunakan retorika yang remeh dan lucu. Sekali lagi bahwa argumentasi yang dibangun hanya berdasar asumsi-asumsi belaka. Misalnya teori Pingsan yang menjelaskan bahwa Yesus tidak mati disalib, tetapi hanya pingsan dan kemudian kesadarannya pulih di dalam kubur. (15) Ini tentu saja tidak masuk akal karena begitu hebatnya penyiksaan yang di alami Yesus, mulai saat pencambukan, penyaliban sampai penusukan tombak. Bahkan, menurut Metherell penderitaan itu dimulai setelah Perjamuan terakhir: “Yesus pergi dengan murid-muridNya ke bukit Zaitun – spesifiknya, ke taman Getsemani. Dan disana, jika anda ingat, Ia berdoa semalam-malaman. Nah, selama proses itu Ia mengantisipasi datangnya peristiwa-peristiwa pada hari berikutnya. Karena Ia mengetahui beratnya penderitaan yang akan Ia pikul, ia sungguh-sungguh wajar mengalami tekanan psikologis yang sangat besar.” (16) Ketika menjelaskan tetesan keringat darah yang Yesus alami saat itu, Metherell melanjutkan: “Ini adalah suatu kondisi medis yang dikenal dengan nama hematidrosis. Tidak terlalu umum, tetapi ini diasosiasikan dengan tekanan psikologis tingkat tinggi. Apa yang terjadi adalah bahwa kegelisahan yang hebat menyebabkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan kapiler-kapiler dalam kelenjar-kelenjar keringat. Akibatnya, terjadi sedikit pendarahan dalam kelenjar-kelenjar ini, dan keringat yang keluar disertai dengan darah. Kita tidak membicarakan banyak darah; hanya sangat, sangat sedikit... Apa yang diakibatkannya adalah menyebabkan kulit menjadi amat sangat rapuh sehingga ketika Yesus dicambuk oleh serdadu Roma keesokan harinya, kulitNya akan menjadi sangat, sangat sensitif.” (17) Hal ini kemudian dilanjutkan dengan pencambukan Romawi yang brutal, penyaliban yang sadis dimana tangan dan kaki-Nya di paku (Maz 22:17b), kehausan (Yoh 19:28) dan terakhir, ditusuk dengan tombak (Yoh 19:34). Penyiksaan yang begitu hebat, apalagi selama 3 hari di kubur dalam kondisi tubuh yang hancur tanpa makan dan minum, sangat tidak memungkinkan Yesus hanya sekedar pingsan. Yesus pasti mati ! (Mat 27:50, 57-60)

Teori kedua adalah jasad yang dicuri para murid. Isu ini pertama kali muncul persis setelah Yesus bangkit (Mat 28:13). Tapi itu jelas merupakan dusta yang sengaja dihembuskan oleh para imam. Para serdadu disogok dengan sejumlah uang untuk bersaksi palsu (ayat 12-15). Mulai saat itulah hal ini mungkin dibakukan menjadi semacam ‘teori’ bagi para pengkritik untuk menyerang kebangkitan Yesus. Tapi perlu diketahui bahwa kecurigaan para imam bahwa mayat Yesus akan dicuri oleh para murid, itu sebelumnya sudah diantisipasi oleh mereka. Mereka menghadap Pilatus dan meminta menempatkan pengawal. Pilatus kemudian memberi para penjaga (Mat 27:62-66). Pada jaman itu jika ada penjaga yang lalai dalam tugasnya maka dia akan menghadapi hukuman mati (bdk. Kis 12:19; Kis 16:27). Karena itu mereka akan sangat berhati-hati dan pasti tak akan membiarkan mayat Yesus di dicuri. Jika para murid memang sengaja mencuri mayat Yesus, bagaimana mungkin Petrus begitu lantang meneriakan kebangkitan Yesus (Kis 2:24) dan bahkan rela menjadi martir untuk sebuah kebohongan? Lucu bukan??

Selanjutnya adalah teori kubur yang salah. Teori ini mengatakan karena banyak kubur disekitar makam Yesus, para wanita yang mengunjungi kubur Yesus menjadi bingung untuk menentukan kubur mana yang menjadi kubur Yesus. C. Marvin & Sheryl L. Pate menjawab: “Yusuf dari Arimatea memiliki kubur tempat Yesus disemayamkan. Dan tentu saja, dia akan tahu kubur mana yang menjadi miliknya dan tempat dia menyemayamkan jasad Yesus, yang memberi kemudahan untuk membuktikan kesalahan pernyataan para wanita bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Satu-satunya hal yang perlu dilakukannya adalah membawa orang ke kubur yang benar tempat jasad Yesus masih ada di dalamnya. Namun Kitab suci tidak menunjukkan bahwa dia melakukan hal tersebut.” (18) Dengan kata lain bahwa perempuan-perempuan yang datang ke kubur Yesus itu tidak salah alamat. Kemudian, seperti yang kita ketahui Yesus mati sekitar pukul 3 siang di hari Jumat (bdk. Mat 27:46; Mrk 15:42), lalu menjelang malam Yusuf dari Arimatea datang dan menurunkan mayat Yesus. Setelah membaringkan mayat Yesus dan menggulingkan batu, Yusuf lalu pergi. Perhatikan, setelah Yusuf pergi, Maria Magdalena dan perempuan yang lain tinggal dan duduk didepan kubur itu (Mat 27:61). Memang tak diketahui berapa lama mereka ada disitu, tetapi yang jelas mereka tahu posisi/letak kubur dimana mayat Yesus ada. Alkitab mencatat Yesus bangkit hari Minggu pagi (bdk. Mat 28:1). Nah, bagaimana mungkin hanya dalam waktu yang singkat seperti itu Maria dkk bisa lupa letak kubur Yesus? Bukankah kubur itu adalah kubur yang baru yang letaknya tidak jauh dari tempat dimana Yesus disalib (Mat. 27:60; Yoh 19:41,42)? Lagi-lagi lucu bukan? 

Siapa yang memulai?

Jika kita menelusuri asal-usul penolakan kebangkitan Kristus, menurut saya itu pertama kali dihembuskan oleh para imam-imam Yahudi beberapa saat setelah kebangkitan-Nya (bdk. Mat. 28:11-15). Para imam itu sebetulnya bukannya tak percaya bahwa Yesus telah bangkit, tetapi bahwa isu itu sengaja dibuat untuk mengelabui wali negeri dan orang-orang disana pada waktu itu. Tentu bukan hal yang aneh jika para Farisi dan imam-imam kepala melakukan hal itu, karena saat itu mereka-lah orang-orang yang selalu menentang dan menghalang-halangi pelayanan / ajaran yang Yesus sampaikan. Isu tentang ketidakbangkitan karena dicuri-nya mayat Yesus oleh para murid, kemudian tersebar dikalangan orang-orang Yahudi saat itu (Mat 28:13,15). Di awal abad ketiga Masehi, Origen berhasil menyanggah isu tersebut dalam perdebatannya dengan Celsus (19). Tetapi pada tahun 1778 dipertahankan kembali oleh H.M. Reimarus dalam karyanya yang berjudul The Goal of Jesus and His Disciples (20).

Ada lagi sebuah sekte Yahudi yang dijadikan rujukan oleh para skeptik: Cerinthus. Cerinthus adalah bidat yang muncul diabad pertama yang ajarannya ditentang oleh Bapa-Bapa Gereja (21). Salah seorang Bapa gereja, Ephipanius menjelaskan salah satu ajaran Cerinthus dengan berkata: “6. 1. Cerinthus yang bodoh ini, guru dari orang-orang bodoh, berpendapat (spekulasi) lebih jauh bahwa Kristus menderita dan telah disalib namun belum dibangkitkan kembali, namun Ia (Yesus, pen) akan dibangkitkan nanti ketika kebangkitan masal dari orang-orang mati.” (22) Apa yang diajarkan oleh Cerinthus ini tentu saja tak cocok dengan fakta yang ada saat itu. Tidak heran jika Ephipanius menyerang Cerinthus sebagai seorang yang stupid / bodoh dan guru-nya orang-orang bodoh. Sungguh mengenaskan jika DR. Ioanes Rakhmat, dkk, justru meneruskan ajaran yang bodoh ini.

Penutup

Kebangkitan Kristus bukanlah sekedar delusi yang diyakini pengikut-Nya, itu punya dasar Kitab suci yang jelas. Bukan juga mitos yang bersifat ahistory, tapi merupakan fakta sejarah. Namun perlu diingat, saya memberi data yang non biblikal bukan bertujuan untuk menentukan benar tidaknya kesaksian Alkitab tentang kebangkitan Kristus. Kitab Suci yang adalah Firman Allah adalah satu-satunya sumber rujukan yang valid/objektif, sehingga semua hal yang tercatat di dalamnya pasti benar. Namun bagaimana jika saudara diperhadapkan dengan tuntutan dari pihak non Kristen untuk memberi pembuktian eksternal/di luar Alkitab tentang hal ini dan saudara tak bisa menjawabnya? Saudara bingung? Iman anda menjadi goyah? Bukalah Yoh 20:25-29. Disitu diceritakan ada seorang murid Yesus yang bernama Tomas yang juga ragu dengan kebangkitan Yesus. Perhatikan kata-kata Yesus diayat 29: "... Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." Mungkin anda tidak hidup di zaman Yesus. Anda bukanlah saksi mata atas kebangkitan-Nya. Janganlah menjadi bimbang dan ragu. Ingat pesan Tuhan kita Yesus Kristus: “Berbahagialah anda yang tidak melihat namun percaya.” 





Catatan kaki:

(1) Dia menggunakan Wah 3:14 untuk mendukung posisinya
(2) Gratia Victory A. Pello, ‘Asal –usul surat Galatia dan Injil Yohanes’, hal. 25
(3) Ibid
(4) Selanjutnya saya akan menggunakan tulisan Gratia Victory tentang Yusuf Roni untuk menyanggah pandangannya soal kebangkitan Yesus.
(5)  http://ioanesrakhmat.blogspot.co.id/2015/10/kontroversi-sekitar-temuan-makam.html
(6) Adji A. Sutama, Yesus tidak bangkit? Hal. 174
(7) Gratia Victory A. Pello, ‘Asal –usul surat Galatia dan Injil Yohanes’, hal. 121
(8) NIV  Psalm 16:10 “because you will not abandon me to the grave, nor will you let your Holy One see decay.” Bdk. Kis 2:27,31
(9) Gratia Victory A. Pello, ‘Asal –usul surat Galatia dan Injil Yohanes’, hal. 25
(10) Josh McDowell, Apologetika Vol 1. Hal.202
(11) Ibid, hal. 287-288
(12) Ibid, hal. 301
(13) Ibid, hal. 302
(14) Ibid, hal. 289
(15). Marvin Pate & Sheryl L. Pate, Disalibkan oleh Media, hal. 199
(16) Lee Strobel, Pembuktian atas kebenaran Kristus, hal. 251
(17) Ibid, hal. 252
(18) Marvin Pate & Sheryl L. Pate, Disalibkan oleh Media, hal. 202-203
(19) Ibid, hal. 198
(20) Ibid
(21) Gratia Victory A. Pello, ‘Asal –usul surat Galatia dan Injil Yohanes’. Hal. 22-23
(22) Ibid, hal 122

Tidak ada komentar:

Posting Komentar